Friday, February 11, 2022

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF DI SMAN 1 DRINGU

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam. Hal itu menjadi bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Adapun sekolah merupakan tempat persemaian kebudayaan, khususnya budaya positif. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Selama ini barangkali kita sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku siswa agar memiliki perilaku sesuai yang guru harapkan. Padahal setiap siswa merupakan karakter yang unik dan memiliki impian dan harapan yang mungkin berbeda dengan harapan guru. Berbeda bukan berarti buruk. Oleh karena itu sayogyanya guru tidak mengontrol siswa tetapi mengarahkannya ke arah yang positif.

Di sekolah kami, alhamdulillah banyak budaya positif yang sudah dijalankan bahkan sebelum kami bergabung dalam pendidikan CGP. Berawal dari beragamnya permasalahan yang timbul di kalangan siswa, setiap rapat dinas kami selalu berdiskusi untuk memikirkan solusi mengatasi masalah yang terjadi di kalangan siswa. Dengan terpilihnya 10 kandidat CGP di sekolah kami (saya diantaranya), membuat perjuangan untuk mewujudkan budaya positif di sekolah kami semakin terbuka lebar. Terlebih lagi, 4 kandidat merupakan wakil kepala sekolah sehingga peluang mendapatkan dukungan dari sekolah sangat besar.

Pada dasarnya aksi nyata yang kami lakukan tidak jauh berbeda dengan rekan kami sesama CGP di SMAN 1 Dringu. Mulai dari penyambutan di pintu gerbang dengan menerapkan 6 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun, dan Salaman), setelah itu piket menjaga kebersihan kelas, sholat dhuha berjamaah, pembacaan yasin, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan nanti saat pulangnya sholat dhuhur berjamaah.

Di samping itu dalam proses menumbuhkan budaya positif, di awal semester genap kami bersama siswa membuat kesepakatan dan keyakinan kelas. Saat permasalahan di kalangan siswa, kami menghindari hukuman, dan menekankan segitiga restitusi serta peran guru selaku manager.

Besar harapan kami, dengan budaya positif kami bisa mewujudkan harapan Ki Hadjar Dewantara, yaitu menciptakan suasana belajar yang bahagia dan selamat dunia akhirat (welbeing) dan menumbuhkan generasi bangsa yang berprofil pelajar pancasila.

 

0 comments:

Post a Comment