Saturday, March 10, 2018

Kebenaran Absurd

Setiap orang menyakini sesuatu yang menurutnya benar, padahal orang lain belum tentu sependapat. Seperti yang ditulis Pak Didik, dalam pojok sosiologinya yang pemikiran beliau banyak dikutip disini.

Tidak perlu fakta, siapapun bisa mengklaim kebenaran. Sejauh percaya sesuatu itu benar. Bahkan tidak jarang orang begitu cepat mempercayai sesuatu yang dianggap benar.

*I believe therefore i'm right* itulah truth.

Banyak pelajaran berharga di sekitar kita harusnya membuat kita jadi cerdas dan bijak. Contoh real yang in di zaman now adalah berita hoak. Banyak orang yang menyakini kebohongan dan meng share menjadi kebenaran. Is it Truth? Walau ada  orang yang meluruskan, tetap saja ada orang yang meng share berulang-ulang.

Kebenaran itu bersifat subyektif, mengalahkan fakta objektif.

Fakta objektif kurang berdampak buat merubah opini publik dibandingkan dengan emosi dan keyakinan personal.

Apalagi keyakinan personal (meski bohong) dibalut sentimentil dan romantisme itu terus menerus diproduksi.

Nietzsche bilang *"kebenaran adalah sebentuk kekeliruan yang dibenarkan"*

Thomas Khun di buku "The Structure of Scientific Revolution" bercerita kebenaran sain yang mempopulerkan istilah paradigma.

Dulu bumi dianggap datar (paradigma I) dan selama berabad-abad diyakini kebenarannya. Lalu kebenaran bumi yang datar kemudian diragukan. Apalagi sejak Galileo berhasil membuktikan bahwa bumi itu bulat lewat penemuannya.

Munculah paradigma II yaitu bumi itu bulat hingga kini.

Gagasan Thomas Khun, dipinjam oleh sosiolog George Ritzer yang kemudian melahirkan sosiologi berparadigma ganda.

Kembali pada soal bumi datar,  muncul *"kebenaran"* baru, seiring keyakinan bumi datar (flat-earth), diam dan diyakini sebagai pusat tatasurya.

Penganut flat-earth terus menerus berteori -meski- dianggap absurd. Meyakini bumi datar hanya karena kitab suci menyebut "hamparan" bukan istilah bulatan? Padahal ditafsir yang poluler, sebab amat luasnya bulatan bumi, terasa seperti hamparan.

Begitu banyak kebenaran subjektif yang beredar di sekitar kita membuat kita kebingungan. Apalagi dengan kemajuan teknologi zaman now, membuat segalanya mudah menyebar, cepat dan praktis. Kebohongan yang dibalut dengan kebenaran subjektif.Bahayanya apabila kebohongan tersebut digunakan untuk menggiring opini publik, sementara masyarakat sampai sekarang belum bijak memilah kebenaran 😢.